• Login
Resensi.id
  • Beasiswa
    • Beasiswa Go-Book
    • Beasiswa Go-Read
    • Beasiswa Go-Res
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Peresensi
No Result
View All Result
  • Beasiswa
    • Beasiswa Go-Book
    • Beasiswa Go-Read
    • Beasiswa Go-Res
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Peresensi
No Result
View All Result
Resensi.id
No Result
View All Result

Apakah Perempuan Sekarang Sudah Menjadi Sarinah Seperti yang Soekarno Impikan?

admin oleh admin
27 Desember 2024
kategori sastra, sejarah, Uncategorized
1
Apakah Perempuan Sekarang Sudah Menjadi Sarinah Seperti yang Soekarno Impikan?
0
SHARES
125
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Resensi Buku Sarinah (Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia) oleh Etika  etikafilosofia

Apakah Perempuan Sekarang Sudah Menjadi Sarinah Seperti yang Soekarno Impikan?

Kajian mengenai perempuan menjadi topik yang hangat setelah munculnya arus  kesadaran “perempuan berdaya” menyeruak ke permukaan. Banyak buku yang membahas  tentang perjuangan dan pergerakan perempuan diproduksi sebagai usaha mengarus utamakan  wacana tersebut. Meski demikian, kajian tentang perempuan sebetulnya bukan isu baru bagi para  cendekiawan negeri ini. 

Dua tahun setelah Indonesia merdeka, Presiden Indonesia, Ir. Soekarno menerbitkan buku  berjudul Sarinah (Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia) yang secara  spesifik menggambarkan kegelisahannya tentang posisi perempuan pasca kemerdekaan. Kala itu,  perempuan tak ubahnya perhiasan yang fungsinya menjadi alat hias seseorang. Saat ia selesai  dipakai, maka akan disimpan dan ditutup rapat di kotak perhiasan dan dikeluarkan jika yang punya merasa membutuhkan. 

Soekarno melihat bentuk penjajahan lain atas kemanusiaan melalui perempuan yang  tidak merdeka dalam menentukan dan melakukan berbagai hal. Karenanya, ia secara gamblang  mengkritik pandangan laki-laki yang masih menganggap perempuan sebagai makhluk yang tidak  berdaya, “blasteran antara Dewi dan seorang tolol”. Baginya, tatanan negara dan masyarakat  tidak akan berjalan dengan baik jika orang-orang di dalamnya tidak mengerti soal perempuan. Sebab  mereka merupakan fondasi penting dalam pembangunan suatu negara. 

Buku ini setebal 293 halaman. Terdiri dari enam bagian yang semuanya merupakan esai  refleksi dan pemikiran Soekarno dalam memahami urgensi peran perempuan untuk kemajuan  bangsa Indonesia. Nama Sarinah dipakai untuk menjuduli judul buku sebagai bentuk penghormatan  Soekarno kepada pengasuhnya saat ia masih kanak-kanak. Sekaligus menjadi representasi  perempuan Indonesia di masa itu yang menjadi “orang kecil” tetapi budinya selalu besar. Buku  Sarinah praktis menjadi literatur utama yang membuka kran wacana tentang perjuangan dan  pergerakan perempuan di Indonesia; alasan utama mengapa saya memutuskan untuk  meresensi buku ini.  

Perempuan: Blasteran Antara Dewi dan Orang Tolol

Pengibaratan yang ditulis Soekarno atas perempuan yang tak ubahnya blasteran antara  seorang dewi dan seorang tolol diambil dari perkataan Professor Havelock Ellis. Konteksnya  merujuk pada laki-laki yang mendambakan perempuan namun tidak memberi mereka ruang  untuk berdaya secara merdeka. Dalam tulisannya, Soekarno memberi refleksi pengalamannya  saat mengadakan rapat-rapat kenegaraan yang diputuskan oleh satu majelis laki-laki saja,  sementara pihak perempuan tidak ditanya pendapatnya sama sekali. Padahal gelaran majelis  tersebut ditujukan untuk kemaslahatan bersama rakyat Indonesia.  

Ia mengandaikan kemerdekaan untuk perempuan saat mereka didudukkan sebagai  manusia kelas dua di masa itu. Soekarno mengkritik dengan lugas tentang sikap para laki-laki yang  tidak ingin melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan. 

“Di  dalam masyarakat sekarang ini, saya melihat bahwa kadang-kadang kaum laki-laki terlalu main  Yang Dipertuan di atas soal-soal yang mengenai kaum perempuan…., dialah kadang-kadang merasa dirinya cukup bijaksana untuk mengambil keputusan, -sedang kaum perempuan tidak  diajak ikut bicara.”  

Soekarno tidak menafikan perbedaan kodrati laki-laki dan perempuan, baik secara fisik  dan psikis. Ia menentang anggapan bahwa Ketajaman otak perempuan masih kalah dengan laki-laki. Soekarno tidak berasumsi saja, banyak refrensi yang Soekarno gunakan dalam tulisannya untuk membantah persepsi tersebut. 

Makin Besar Otak Makin Pintar?

Salah satu contoh stigma yang mengatakan bahwa berat massa otak  berhubungan dengan ketajaman akal pikir individu. Jadi, lantaran laki-laki mayoritas memiliki  berat massa otak lebih banyak, maka mereka memiliki ketajaman akal pikir yang lebih ketimbang  perempuan. Soekarno memberi paparan penelitian yang datang dari Raymond Pearl dan  Kohlbrugge terkait hal tersebut. Dua tokoh itu sepakat mengatakan bahwa, “antara ketajaman  akal dan beratnya otak tidak ada pertalian apa-apa.”  

Perihal alasan mengapa tidak banyak tokoh perempuan yang memiliki prestasi gilang  gemilang untuk peradaban, Soekarno menilai bahwa hal tersebut terjadi sebab estafet obor ilmu  pengetahuan, falsafah, dan politik masih bergulir di tangan laki-laki tanpa memberi perempuan  kesempatan untuk mengalami hal yang sama.  

“Di dalam masyarakat sekarang ini, di mana kaum perempuan banyak yang masih  dikurung, banyak yang tidak dikasih kesempatan maju ke muka di lapangan masyarakat, banyak  yang baginya diharamkan ini dan diharamkan itu, maka tidak heran kita, bahwa kurang banyak  kaum perempuan yang ilmu dan pengetahuannya membubung ke udara.” 

Perempuan bukan sosok lemah, tak berdaya, dan tidak memiliki sumbangsih dalam membentuk  peradaban masyarakat. Mereka hanya tidak diberi kesempatan yang sama dan ruang untuk  mengekspresikan diri. Kebangkitan perempuan bukan sesuatu hal yang harusnya ditakutkan oleh  laki-laki, melainkan menjadi hal yang harus terjadi.  

Perempuan juga manusia yang memiliki nilai di tengah masyarakat. Oleh karena itu,  sejarah perempuan selalu bergandengan dengan sejarah laki-laki, tak terpisahkan. Urgensi  perempuan dalam ketatanegaraan sangatlah penting. Soekarno mengutip sabda Nabi  Muhammad SAW bahwa, “Perempuan itu tiang negeri. Manakala baik perempuan, baiklah  negeri. Manakala rusak perempuan rusaklah negeri”. 

Soal perempuan seluruhnya, posisi perempuan, peran perempuan, di dalam masyarakat  harus mendapat perhatian sentral agar tujuan bangsa dalam merengkuh keadilan sosial dan  kesejahteraan sosial dapat tercapai. Sebab, suatu masyarakat dikatakan sehat, manakala ada  perimbangan hak dan perimbangan perlakuan antara kaum laki-laki dan perempuan yang sama  tengahnya, sama beratnya, dan sama adilnya.  

Buku Sarinah (Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia) ini meski  merupakan literatur tua, tapi ia masih jelas memberi gambaran dan perspektif ketimpangan  gender yang terjadi di Indonesia. Secara lugas, buku ini coba menjembatani nilai luhur bangsa  dengan ide-ide pemberdayaan dan pergerakan perempuan sebagai tonggak peradaban Negara  Kesatuan Republik Indonesia. Selamat membaca! 

Judul: Sarinah (Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia)

Penulis: Ir.  Soekarno

Tahun terbit: 1947

Penerbit: The Soekarno Foundation

Halaman: 293

Peresensi : etikafilosofia, Direktur Program  di Digital Humanities Center of Indonesia 

Previous Post

Panduan Menulis Resensi Buku

Next Post

Bagaimana Islam Memandang Aborsi, Childfree dan Perempuan Pencari Nafkah untuk Suaminya?

Next Post
Bagaimana Islam Memandang Aborsi, Childfree dan Perempuan Pencari Nafkah untuk Suaminya?

Bagaimana Islam Memandang Aborsi, Childfree dan Perempuan Pencari Nafkah untuk Suaminya?

Comments 1

  1. Udin says:
    10 bulan ago

    Bahkan drajat perempuan tiga jali lebih mulia . Hendaknya perempuan memang duduk sama rendah berdiri sama tinggi . Sehingga tak oerlu ada kuota khusus minimal keterwakilan perempuan

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagaimana Islam Memandang Aborsi, Childfree dan Perempuan Pencari Nafkah untuk Suaminya?

Bagaimana Islam Memandang Aborsi, Childfree dan Perempuan Pencari Nafkah untuk Suaminya?
oleh admin
17 Oktober 2025
0
ShareTweetSendShare

Apakah Perempuan Sekarang Sudah Menjadi Sarinah Seperti yang Soekarno Impikan?

Apakah Perempuan Sekarang Sudah Menjadi Sarinah Seperti yang Soekarno Impikan?
oleh admin
27 Desember 2024
1
ShareTweetSendShare

Panduan Menulis Resensi Buku

Panduan Menulis Resensi Buku

Panduan Menulis Resensi Buku

oleh admin
19 Desember 2024
0
ShareTweetSendShare

Definisi Moral, Apa Sih Itu?

Definisi Moral
oleh admin
13 Desember 2024
0
ShareTweetSendShare

"Baca Apa Yang Ingin Kamu Baca"

Menu

Penulis

Kontak

Daftar

Menjadi Penulis

Syarat Ketentuan

Privacy Policy

Copyright © 2023 Resensi.id. All rights reserved.

No Result
View All Result
  • Beasiswa
    • Beasiswa Go-Book
    • Beasiswa Go-Read
    • Beasiswa Go-Res
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Peresensi

© 2022 Resensi.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In