• Login
Resensi.id
  • Beasiswa
    • Beasiswa Go-Book
    • Beasiswa Go-Read
    • Beasiswa Go-Res
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Peresensi
No Result
View All Result
  • Beasiswa
    • Beasiswa Go-Book
    • Beasiswa Go-Read
    • Beasiswa Go-Res
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Peresensi
No Result
View All Result
Resensi.id
No Result
View All Result

Ekonomi Nusantara: Pengganti Neoliberalisme yang Gagal Menyejahterakan

Ahmad Muqsith oleh Ahmad Muqsith
26 Juli 2023
kategori ekonomi, filsafat
0
Ekonomi Nusantara: Pengganti Neoliberalisme yang Gagal Menyejahterakan

Resensi Buku Nusantaranomic

0
SHARES
76
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

“Mau buku bagus?” Tanya kawan Karim, kolega saya, dosen di Universitas Trilogi. Tentu kujawab tegas, “mau.” Dan, buku bagus itu kini sudah di atas meja kerjaku. Dikirim dari kota Bogor, di sampulnya tercetak jelas para penulisnya yang dahsyat. Buku yang ditulis ramai-ramai, tetapi dikomandani ekonom idola penulis: Prof Didin S Damanhuri.

Kubaca pelan. Ini karena nalarku pendek dan sekolahku bodoh. Saya jenis lolosan, bukan lulusan. Jadi lemot. Tiap lembar kunikmati dan kustabilo hal-hal yang “dalam” dan faktual. Dua hari selesai. Ajib. Buku ini dikerjakan dengan serius dan ditujukan dengan lebih serius: save the nation, save the citizen. Ingat, ini bukan sembarang buku sebab punya misi suci.

Buku ini berjudul, “Nusantaranomics: Paradigma Teori dan Pengalaman Empiris (Pendekatan Heterodoks). Diterbitkan oleh IPB Press, Bogor. Terbit bulan Februari 2023, setebal 332+xxvi. Bernomor ISBN: 978.623.467.7034. Ditulis oleh 20 penulis dan diedit oleh 3 orang. Ada keterangan bahwa ia merupakan hasil FGD selama setahun di forum kampus dan akademos IPB. Siapa yang tak kenal IPB dan rektornya yang muda dan enerjik?

Menurut Prof Didin, ekonomi nusantara itu “riil ada” dan termatrialisasi di seluruh Indonesia. Tradisi ekonomi itu dilakukan oleh banyak etnis/suku dengan melandaskannya pada sikap kekeluargaan, solidaritas sosial dan kearifan lokal maupun agama. Model pendekatannya memiliki kemiripan karakteristik dengan konsep ekonomi solidaritas (the solidarity economy).

Ada tiga ciri konsep nusantaranomics yang hidup dan terimplementasikan di daerah-daerah. Mereka hidup dan berkembang, tetapi belum banyak yang membukukannya. Ketiganya tidak berdiri sendiri-sendiri, tapi berkelindan membentuk hibridasi ekonomi. Apa sajakah itu?

Pertama, tidak ada pertentangan antara pertumbuhan dan pemerataan. Kedua, tidak ada pertentangan soal materialisme dan spiritualisme di mana nilai tradisi agama harus sejalan dengan capaian ekonomi. Ketiga, kepedulian terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan dan memperhatikan kelestarian ekologis.

Ketiga ciri itu membuat nusantaranomics menjadi gagasan ekonomi tentang sistem ekonomi-politik yang dapat diandalkan untuk menyelamatkan Indonesia dari resesi dengan berlandaskan ekonomi lokal yang hibrida (campuran dan bhineka).

Tentu saja gagasan nusantaranomics ini melampaui madzab ekonomi dominan seperti neoliberalisme yang matrialistis. Sebaliknya, nusantaranomics merupakan perwujudan atas sistem ekonomi Pancasila yang menunjukkan kekuatan model kewirausahaan asli dan khas nusantara.

Padanya, konsep dan tradisi perekonomian daerah menjadi resiliensi dalam ketahanan ekonomi yang bukan hanya bisa menjadi jangkar ekonomi daerah, melainkan jangkar bagi ekonomi nasional. Padanya, kita yakin dan beriman bahwa inilah tulangpunggung pertumbuhan dan kemandirian ekonomi nasional.

Gagasan ini menjadi antitesa atas madzab materialisme yang telah gagal total dalam tiga hal: 1)gagal menyejahterakan semua warga negara; 2)gagal menghadirkan keadilan sosial; 3)gagal menciptakan negara sejahtera. Tentu saja, sistem tersebut harus diubah demi tercapainya kesejahteraan dan keadilan untuk seluruh warga negara sehingga kita bisa ikut serta dalam menegakkan ketertiban dunia.

Nusantaranomic berkehendak untuk memastikan tertradisinya ekonomi yang melindungi, mencerdaskan, menyejahterakan dan menertibkan seluruh warga negara sampai menjadi mercusuar dunia.

Semoga lahir dan berkecambah komunitas epistemik yang nusantaranomics sehingga kita bangga jadi negara pancasila; tak khianat pada para pendiri dan cita-cita republik Indonesia. Buku ini dan para penulisnya sudah memulai. Mereka telah meletakkan dasar-dasarnya

Tags: ekonomi nusantaraneoliberalismeNusantranomicresensi buku
Previous Post

Belajar  Kehormatan Perempuan dari Nawal el-Saadawi

Next Post

Beasiswa Go-Read Juli

Next Post
Beasiswa Buku Bulan Juli Resensi.id

Beasiswa Go-Read Juli

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagaimana Islam Memandang Aborsi, Childfree dan Perempuan Pencari Nafkah untuk Suaminya?

Bagaimana Islam Memandang Aborsi, Childfree dan Perempuan Pencari Nafkah untuk Suaminya?
oleh admin
17 Oktober 2025
0
ShareTweetSendShare

Apakah Perempuan Sekarang Sudah Menjadi Sarinah Seperti yang Soekarno Impikan?

Apakah Perempuan Sekarang Sudah Menjadi Sarinah Seperti yang Soekarno Impikan?
oleh admin
27 Desember 2024
1
ShareTweetSendShare

Panduan Menulis Resensi Buku

Panduan Menulis Resensi Buku

Panduan Menulis Resensi Buku

oleh admin
19 Desember 2024
0
ShareTweetSendShare

Definisi Moral, Apa Sih Itu?

Definisi Moral
oleh admin
13 Desember 2024
0
ShareTweetSendShare

"Baca Apa Yang Ingin Kamu Baca"

Menu

Penulis

Kontak

Daftar

Menjadi Penulis

Syarat Ketentuan

Privacy Policy

Copyright © 2023 Resensi.id. All rights reserved.

No Result
View All Result
  • Beasiswa
    • Beasiswa Go-Book
    • Beasiswa Go-Read
    • Beasiswa Go-Res
  • Resensi
    • Resensi Buku
    • Resensi Film
  • Peresensi

© 2022 Resensi.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In