Kajian mengenai masa akhir penjajahan Belanda di Indonesia merupakan kajian yang kurang dilirik. Kebanyakan buku yang ada membahas masa-masa akhir penjajahan Hindia Belanda di Indonesia secara sekilas dan langsung masuk pada babak penjajahan Jepang pada 1942–1945. Maka buku Christopher Reinhart ini justru mengambil banyak porsi pada masa akhir penjajahan Hindia-Belanda dengan tidak langsung menjurus pada transisi langsung kepada takluknya Hindia-Belanda atas Jepang.
Dengan judul panjang Mempertahankan Imperium: Gubernur Jendral Tjarda van Starkenborgh-Stachouwer dan Akhir Hindia Belanda, Reinhart seolah menjadikan buku ini sebagai biografi sang gubermen terakhir (1936-1942), tetapi asumsi ini salah besar ketika kita mulai membacanya lebih dalam.
Perbandingan dengan Karya Onghokham
Sebagai perbandingan, ada buku tentang masa akhir penjajahan Hinda-Belanda yang populer karya Onghokham, Runtuhnya Hindia Belanda. Onghokham menelusuri peristiwa runtuhnya Hindia Belanda yang sudah terbaca dari peta gerakan-gerakan nasionalisme masyarakat pribumi di era 1920-1930-an. Jauh sebelum Jepang hadir.
Buku Reinhart ini bisa dikatakan melengkapi apa yang sudah ditulis Onghokham. Ia mengandaikan suatu tanggapan yang berbeda dari pemerintah kolonial pada masa kejatuhan Hindia Belanda. Menurut Reinhart jika pemerintah kolonial merangkul golongan pergerakan kebangsaan pada saat yang tepat, tampaknya negara kolonial tidak akan jatuh sedemikian cepat (h.3).
Onghokham juga melihat pengaruh Jepang pada 1942 sebagai salah satu penyebab keruntuhan Hindia Belanda. Sedangkan Reinhart ingin menjelaskan apakah situasi pemerintah kolonial saat itu dalam kondisi yang memungkinkan untuk merangkul golongan pergerakan kebangsaan tersebut.
Reinhart mengambil sudut pandang dari kacamata pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Namun tidak serta merta europa-sentris, yang dimaksud di sini adalah bahwa pihak kolonial pun juga merupakan penyebab kejatuhan imperium mereka sendiri.
Pada buku Onghokham hanya menjelaskan sedikit ruang terhadap sosok Tjarda. Onghokham menjelaskan keruntuhan Hindia Belanda dari sudut pandang Jepang dan bumiputra. Ia menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya Hindia Belanda yaitu:
(1) pemerintahan Hindia Belanda yang represif sejak tahun 1930;
(2) Jepang yang menjadi kekuatan baru di Asia;
(3) kesalahan antisipasi Hindia Belanda terhadap Perang Dunia II; dan
(4) pergerakan nasional. Keempat faktor tersebut jalin-menjalin dan saling berhubungan sebagai penyebab runtuhnya Hindia. Belanda.
Sementara Reinhart melihat bahwa faktor yang menjadi penyebab runtuhnya Hindia Belanda adalah Jepang sebagai kekuatan baru di Asia. Setelah restorasi Meiji dan tentara, angkatan laut mengambil alih kekuasaan, Jepang menjadi kekuatan baru dunia. Amerika dan Eropa tidak bisa membendung Jepang karena pada saat bersamaan sedang terjadi represi ekonomi di sana. Setelah menguasai Indocina dan Filipina, Jepang akhirnya mengincar Hindia Belanda karena menurut Jepang negara jajahan Belanda itu memiliki sumber daya alam yang melimpah.
Pemerintah Hindia Belanda merasa memiliki kekuatan untuk mengatasi Jepang. Saat pemerintah Belanda sudah jatuh ke tangan Jerman, dan Ratu Belanda sudah mengungsi ke London, Pemerintah Hindia Belanda masih bernegosiasi dagang dengan Jepang. Namun saat Pemerintah Amerika menyatakan perang kepada Jepang, Hindia Belanda serta merta mendukungnya dan ikut menyatakan perang kepada Jepang.
Miskalkulasi Belanda
Padahal saat itu sekutu Amerika belum ada yang menyatakan perang kepada Jepang. Sikap terlalu percaya diri bahwa Hindia Belanda memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan Jepang, ternyata salah. Perekrutan milisi dari masyarakat tidak berjalan baik. Pemerintah Hindia Belanda hanya mengandalkan tentara dari kerajaan-kerajaan, seperti Mangkunegaran Pakualaman dan Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Sementara kekuatan Sekutu yang diharapkan ternyata tidak terlalu terorganisir.
Dengan begitu Tjarda yang mewakili kebijakan dari Gubernur Jendral sebelumnya harus menghadapi faktor-faktor yang mengawali keruntuhan Hindia Belanda. Sikap yang diambil oleh Tjarda dalam masa sulit adalah menyikapi reaksi dari kaum pergerakan kebangsaan serta tekanan Jepang yang mulai ingin turut serta dalam Perang Dunia Kedua.
Bagaimana kebijakan serta aturan yang diambil Tjarda menjadi episentrum yang memiliki dampak pada pergerakan kebangsaan yang menguat dan kebangkitan Jepang. Reinhart ingin memposisikan Gubernur Jendral Tjarda yang selama ini dianggap tidak membawa perubahan, namun secara tidak langsung kebijakan yang ia ambil tetaplah memiliki dampak.
Unsur kebaharuan yang diangkat dalam buku Reinhart menarik. Pecinta sejarah harus membaca buku ini untuk melengkapi pandangannya dalam melihat bagaimana peralihan kekuasaan pemerintahan kolonial Hindia Belanda ke Jepang terjadi.
Judul buku : Mempertahankan Imperium: Gubernur Jendral Tjarda van
Starkenborgh-Stachouwer dan Akhir Hindia Belanda
Penulis : Christoper Reinhart
Peresensi : Maulana Malik Ibrahim
Tanggal terbit : November, 2021
Penerbit : CV. Marjin Kiri
Kota terbit : Tangerang Selatan
Halaman : xviii + 126 hlm
Referensi:
Fridus Steijlen, Memories of the East, (Leiden: Brill), 2003.
J.C.Bijkerk, Selamat Berpisah Sampai Berjumpa di Saat yang Lebih Baik, (Djakarta: Djambatan, 1988).
Jafar Ahmad, Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Pemerintah Hindia Belanda Ddalam Mempertahankan Wilayah Kolonialnya di Indonesia Tahun 1942, Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 5(2), 183-190
Ong Hok Ham, Runtuhnya Hindia Belanda, (Jakarta: Gramedia, 1987).



